Rabu, 29 Januari 2014

Karung Goni yang Indah






Beni Lestari, bagi teman-teman mungkin itu nama yang cukup aneh untuk seorang perempuan, tapi memang inilah nama saya sejak lahir, saya tidak pernah mempermasalahkan hal ini, karena keyakinan akan sebuah makna dan harapan besar yang terkandung dalam nama pemberian simbah dan orang tua saya ini. Saya biasa dipanggil beni sejak kecil, saya lahir dan dibesarkan di dukuh Bulusari, desa Sidomulyo. Sebuah desa kecil yang terletak di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah; sekitar dua jam dari Yogyakarta. Saya lahir dan dibesarkan dari keluarga yang sederhana, bapak dan ibu hanya lulusan SD dan SMP. Namun bagi saya merekalah guru kehidupan dan sumber motivasi yang tak pernah padam. Sangat beruntung sekali saya mempunyai keluarga yang menjadi sumber inspirasi untuk terus mengembangkan diri tanpa letih dan selalu mencontohkan karakter kegigihan dan kerja keras dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan, juga tidak lupa agar selalu bersyukur atas segala nikmat dan rezeki yang Allah berikan. Jadi merekalah yang menjadi penyemangatku, merekalah teladanku!!.

Kala tubuh seolah jenuh dengan segala aktivitas, bayangan akan rona wajah ibu tercinta yang tak pernah kenal lelah mengatur segala urusan rumah tangga seolah mengenyahkan segala alasan untuk menyerah. Ibu yang selalu bisa menguatkan saya, menyemangati, mendoakan, memberikan nasehat-nasehat yang membangun, dan mencurahkan tak terhitung kasih sayang kepada anak-anaknya. Saat badan terasa lelah berusaha dan hati seakan kehabisan asa, membayangkan senyum di wajah bapak setelah seharian bekerja keras membuat hati ini kembali bersemangat. Bapak yang selalu bisa menjadi pelindung dalam setiap langkah, menjadi tempat berbagi, berdiskusi dan memberikan nasihat terbaiknya. Tanpa mereka saya bukan siapa-siapa. Saya merasa sangat beruntung dilahirkan dari keluarga sederhana namun penuh kasih sayang. Betapa bersyukurnya hati ini masih diberi kelengkapan sebuah keluarga yang hangat.

Masa TK dan SD, saya habiskan disekolah yang terletak didesa tempat saya tinggal. Masa TK saya habiskan di TK Marsudi Siwi dan SD di SDN 1 Sidomulyo. Masa SD berjalan dengan lancar, ketika naik tingkat dari kelas 1 sampai 6, nilai-nilai pelajaran hampir selalu merangkak naik. Namun tak banyak pengalaman keluar yang saya dapatkan, maklum saja sekolah didesa. Suatu kali pernah saya diminta mewakili sekolah dalam beberapa lomba, meskipun hanya berhasil menjuarai dua perlombaan yaitu juara 3 lomba olimpiade Matematika dan juara 1 Lomba Sinopis, itupun hanya ditingkat kecamatan. Kecil memang, namun itu cukup membuat saya bangga bisa bersekolah di SD ini. Singkat cerita Alhamdulillah saya berhasil lulus dari SD SIDOMULYO 1 dengan predikat rangking 1, meskipun saat itu angkatanku hanya berjumlah 17 murid saja.


Setelah lulus SD, yang ada dibenak hanyalah melanjutkan ke SMP ditingkat kecamatan. Tetapi orang tua dan guru-guru mendorong saya agar melanjutkan ke SMP ditingkat Kabupaten/Kota saja, karena sistem pendidikannya yang lebih baik. Pertama mendengar nasihat itu, saya menolaknya, saya merasa minder bila harus bergaul dengan anak-anak yang pasti jauh lebih apapun dibanding dengan anak desa seperti saya. Namun setelah diyakinkan, sayapun menuruti nasihat itu. Setelah mengikuti tes masuk, ternyata Allah mengijinkan saya untuk menimba ilmu disekolah ini. Perjalanan SMP terlalui dengan biasa-biasa saja, tidak ada prestasi yang menonjol yang saya raih, hanya pernah menjadi peringkat 3 dikelas. Semasa SMP sayapun hanya sekolah, dan kemudian pulang membantu orang tua dirumah. Karena orang tua saya mempunyai usaha Keripik Tempe dirumah, sayapun sadar saya tidak boleh menghabiskan waktuku untuk bermain-main ataupun jalan-jalan dan memilih untuk meringankan sedikit beban kedua orang tua. Kelulusan SMP pun kulalui dengan prestasi yang biasa-biasa saja.

Setelah lulus SMP, dibukalah masa-masa pendaftaran SMA, kala itu keluarga saya mendapat musibah, bapak dirawat dirumah sakit selama beberapa hari karena gejala hepatitis. Sayapun sempat kebingungan untuk memilih sekolah, karena tidak ada yang mengarahkan, tidak ada yang menjadi tempat bertukar pikiran, biasanya disaat seperti ini saya selalu berdiskusi dengan bapak, saya selalu diarahkan oleh beliau. Sebagai kompromi atas mimpi untuk mengenyam pendidikan tinggi dan realita keterbatasan ekonomi serta kondisi yang sedang keluarga kami hadapi, pikiran saya pun mengarah ke SMK. Sederhana, saya hanya ingin segera berijazah SMK, sudah cukup tinggi rasanya bagi orang desa, dan kemudian bekerja, karena saya berpikir kondisi seperti ini rasanya tidak mungkin kalau saya bisa kuliah. Tapi,saya tetap nekat! Saya tidak ikut tes masuk SMK tapi malah mengikuti tes masuk di SMA, saya hanya percaya, ada Allah yang akan mengatur semuanya. Semua berkas untuk pendaftaran saya urus sendiri, karena tidak mungkin saya merepotkan dan membebai keluarga saya yang memang sedikit kaget dengan penyakit bapak. Dan alhamdulillah Allah mengabulkan, saya diterima menjadi siswa SMA N 1 Boyolali, sekolah terbaik di kabupaten ini. 

Entah kenapa semenjak SMA saya sangat tertarik  pada pelajaran kimia, saya merasa senang ketika mengerjakan soal-soal berbau unsur dan senyawa. Pada saat kelas 2 SMA, saya dipanggil guru saya untuk mengikuti pembinaan mata pelajaran kimia, saya beberapa kali mengikuti lomba-lomba kimia, dari mulai OSN Kimia, LCC Kimia, Mata pelajaran Kimia dan Olimpiade Kimia. Ada yang mengesankan, namun tidak sedikit yang terasa pahit. Saya hanya pernah menjadi juara III OSN Kimia Tingkat Kapupaten, peringkat V LCC Kimia se-Jateng dan DIY dan juara harapan 1 Olimpiade Kimia se-Jateng dan DIY.

Singkat cerita, Alhamdulillah masa SMA berakhir dengan penuh kesyukuran, saya dinobatkan sebagai lulusan terbaik dari SMA yang terbaik dikabupaten Boyolali tersebut. Dengan prestasi-prestasi yang saya raih itu, saya memberanikan diri untuk mendaftar SNMPTN Undangan. Kala itu saya ingin sekali memakai jas alamamater kuning, saya ingin mengenyam bangku kuliah dikampus metropolitan tersebut, ya Universitas Indonesia (UI). Dengan kepercayaan diri, dua pilihan dalam formulir pendaftaran SNMPTN Undangan pun terisi dengan meyakinkan, kemudian tercantum di kartu pendaftaran bahwa pilihan pertama Universitas Indonesia dengan prodi Farmasi, Teknik Kimia dan MIPA Kimia dan pilihan kedua saya tulis UGM dengan prodi yang sama. Melalui jalur SNMPTN Undangan ini saya juga mendaftar beasiswa Bidik Misi. Dengan sedikit kemantapan hati, kala itu saya 70% yakin akan diterima. 

Pengumuman SNMPTN Undangan pun tiba, ternyata Allah berkehendak lain, saya terdepak oleh siswa-siswi lain yang memiliki segudang prestasi yang jauh lebih tinggi daripada saya. Dari hasil yang saya dapatkan ini, harapan saya untuk mendapatkan beasiswa Bidik Misi pun pupus sudah. Meskipun kekecewaan itu melanda selama beberapa hari, namun semangat itu tidak surut dan kembali membara. Saya hanya berdoa semoga Allah menunjukkan jalan yang terbaik, jikapun mimpi kuliah di UI itu bukan yang terbaik saya tidak ragu untuk menerima gantinya karena saya yakin pilihan-Nya adalah yang terbaik. Bagaimanapun saya sudah mengusahakan, kehendak-Nya memang lebih baik, insyaAllah saya ikhlas. Saya semakin percaya bahwa ridha Allah tergantung dari ridha orang tua, hal ini karena orang tua saya sedikit keberatan ketika saya memilih Universita Indonesia, terutama ibu saya.

Orientasi pun mulai berubah, cita-cita saya selanjutnya adalah agar bisa diterima disekolah-sekolah  ikatan dinas. Karena saya tidak ingin menambah beban kedua orang tua saya, kala itu bapak dan ibu juga tidak yakin bisa membiayai kuliah diperguruan tinggi pada umumnya. Pilihan saya jatuh pada STIS dan STAN. Singkat cerita, dengan segala persiapan dalam rangka menyongsong SPMB STIS dan STAN, saya merantau ke Yogyakarta untuk intensif belajar dan serius mempersiapkan diri dengan bantuan sebuah lembaga bimbingan belajar. disela-sela les tersebut saya juga tetap belajar soal-soal SNMPTN, karena saya juga ingin mencoba peruntungan dijalur SNMPTN Tertulis, namun fokus utama tetap STIS, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Karena pikirku dengan sekolah disana, saya akan bebas biaya pendidikan selama kuliah dan juga mendapat uang saku setiap bulannya. Terlebih lagi pekerjaan setelah lulus sudah terjamin, benar-benar sekolah yang ideal. Sekitar satu sampai dua bulan saya merantau dikota pelajar tersebut, hari demi hari kuhabiskan dengan soal-soal STIS, STAN dan SNMPTN, meskipun ketiganya mempunyai tipe soal berbeda-beda, saya tetap berusaha semampu saya, karena mimpi untuk melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi itulah yang menjadi salah satu motivasinya. 

Pendaftaran SNMPTN Tertulis pun dibuka, dengan semangat yang tinggi saya menuliskan Farmasi UGM dipilihan pertama dan Pendidikan Kimia UNS dipilihan kedua. Karena berada di Yogyakarta, saya banyak ketinggalan info-info SNMPTN dari sekolah, sayapun tak tahu kalau rekomendasi beasiswa Bidik Misi boleh diajukan lagi setelah saya gagal di SNMPTN Undangan. Alhasil saya tidak mengikuti Beasiswa Bidik Misi melalui jalur SNMPTN Tertulis. Saya dan orang tua hanya berdoa, bila memang itu jalan saya, pastilah ada rizqi yang menyertainya.

Singkat cerita, pendaftaran dan tes PMB STIS pun sudah saya ikuti. Hari pengumuman tahap pertama pun tiba, saya dinyatakan lolos tahap ini. Kemudian segala persiapan pun saya lakukan untuk menempuh tahap keduanya, yaitu psikotest dan wawancara. Sambil menunggu pengumuman, sayapun mengikuti tes USM STAN, hal ini karena orang tua saya menganggap kalo kuliah di STAN, pasti masa depan saya akan terjamin. Namun, ternyata sekolah kedinasan juga bukan yang terbaik bagi saya, perjuangan harus berhenti pada tahap kedua.

Hari H pengumuman SNMPTN Tertulis pun tiba, untuk kedua kalinya saya akan login diwebsite keramat itu, jantung saya berdebar bukan main ketika membukanya, karena hasil ini akan menentukan nasib saya kedepannya. Rasa syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, betapa mengejutkannya ketika saya mengetahui ternyata saya lolos SNMPTN dan diterima di Fakultas Farmasi UGM. Saya tidak pernah tahu apa yang seharusnya saya lakukan untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu, semua berlangsung cukup cepat bagi saya dan hanya tuntunan-Nya yang bisa membuat langkah saya jelas menuju harapan besar itu. Dan hasilnya, lebih dari apa yang saya harapankan selama betahun-tahun lalu. Memang Dia tak pernah tidur dan akan selalu menuntun hamba-Nya kapan pun dan di mana pun berada. Rasa syukur yang tak terhingga kepada Sang Penuntun. Tanpanya saya tidak bisa melalui hari-hari yang penuh ketegangan itu.Terima kasih Ya Rabb untuk semua nikmatMu.... :) 

Teringat sebuah nasehat dari Imam Syafi'i di novel Negeri 5 Menara yang menuliskan : Pergilah (merantaulah) dengan penuh keyakinan, niscaya akan engkau temui lima kegunaan, yaitu Ilmu Pengetahuan, Adab, pendapatan, menghilangkan kesedihan, mengagungkan jiwa, dan persahabatan.
 
Kurang lebih satu setengah tahun yang lalu di pelataran Graha Sabha Pramana (GSP), saya di terima sebagai mahasiswa baru (Maba) UGM angkatan 2011. Masih jelas ingatan saya betapa polosnya masa itu. Seragam hitam putih yang identik dengan mahasiswa baru dikenakan semua mahasiswa. Ada kebanggaan tersendiri ketika memakai jas almamater UGM, belum dapat membayangkan dapat berkuliah di salah satu universitas yang diperhitungkan di level internasional seperti Universitas Gadjah Mada ini, Universitas nomor satu di Indonesia. Dibalik warna jas almamater UGM yang aneh, ternyata tersimpan sejarah yang tidak sembarangan. Inilah sedikit ceritanya, pada saat awal berdirinya UGM memang masih masa-masa sulit, bahkan Indonesia masih dijajah. Kondisi rakyat sangat memprihatinkan, bahkan sampai muncul trend pakaian yang terbuat dari karung goni. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya para civitas UGM pun memilih warna jas almamater yang hampir sama dengan pakaian goni yang dipakai oleh rakyat masa itu sebagai bentuk solidaritas dan kebersamaan. Mungkin itu salah satu alasan mengapa UGM disebut universitas yang merakyat. Saya pun merasa beruntung bisa berada di lingkungan pendidikan ini dengan segala kekurangan dan kelebihannya. 

Kehidupan sebagai mahasiswa dimulai dan menjadi periode transisi dari remaja menjadi manusia yang lebih bertanggungjawab, mungkin ini yang disebut menjadi dewasa. Kuliah jauh-jauh di UGM tentunya tidak akan pernah saya habiskan hanya untuk belajar dikampus, mengerjakan tugas, makan, dan tidur di kos. Kehidupan akademik merupakan prioritas utama. Walaupun demikian, apalah artinya nilai yang tinggi bila kita menjadikan kampus sebagai menara gading tempat mengasingkan diri dan bersemedi. Apalagi sebagai mahasiswa yang berkuliah di kampus sosial, ruang publik dan organisasi merupakan sarana pembelajaran penunjang yang utama. Ada banyak kesempatan dan tempat untuk berinteraksi mencari pengalaman dan teman. Mencoba hal-hal baru yang tentunya positif dan melakukan aktivitas di luar zona nyaman kadang membantu saya dalam mengurangi kepenatan akan tugas dan laporan praktikum yang menumpuk atau kerinduan jauh dari orang tua. 

Kuliah di Fakultas Farmasi UGM merupakan hal yang membanggakan bagi banyak calon mahasiswa, Fakultas Farmai tertua dan terbaik di Indonesia. Namun tidak banyak yang tahu bahwa untuk menjadi sukses di sana memerlukan tips dan trik tersendiri. Kuliah yang begitu padat ditambah rata-rata lima praktikum disetiap semesternya, membuat banyak teman-teman saya yang memilih untuk study oriented dan tidak mengikuti organisasi maupun kelompok study dikampus. Sebagian kalangan memang menganggap bahwa kesuksesan dilihat dari IPK yang cumlaude, tidak peduli apakah mahasiswa tersebut memiliki softskill yang menunjang masa depan mereka atau tidak. Sebagian yang lain berpendapat bahwa dengan memiliki pengalaman organisasi segudang, kesuksesan sudah diraih bahkan untuk sang mahasiswa ber-IPK sedang atau rendah. 

Alumni FEB UGM, Anies Baswedan Ph.D., seringkali mengatakan bahwa “IPK yang tinggi akan mengantarkan pada wawancara pekerjaan, tetapi kepemimpinan seseorang lah yang akan membuka pintu pekerjaan baginya.” 

Saya memulai hari, kesempatan, dan pengalaman baru dikota Yogyakarta ini. Pengalaman yang akan sangat menantang dimana kampus adalah tempat saya menuntut ilmu, membangun koneksi, mengukir prestasi, dan mentransfer ilmu saya. Organisasi adalah tempat terbaik untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan diluar kegiatan akademis, menemukan kenyamanan untuk memabngun karakter dan terus memperbaiki diri. Dengan tanggung jawab akademis harus seimbang dengan kegiatan organisasi, selama kuliah 3 semester diFakultas Farmasi ini, saya aktif dibeberapa organisasi seperti Senat Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Farmasi UGM, Keluarga Mahasiswa Muslim Farmasi (KMMF) UGM, CCRC (Cancer Chemoprevention Research Center) dan KMB (Komunitas Mahasiswa Boyolali), selain itu saya juga masih aktif di Karang Taruna dikampung saya di Boyolali. Diberbagai organisasi tersebut saya banyak belajar hal-hal baru dan mempunyai keluarga baru.

Ternyata ada banyak sekali beasiswa yang ditawarkan didunia pendidikan kampus ini. Beasiswa bertebaran dimana-mana, kala itu saya mencoba mendaftar beasiswa PPA. Ketika belum sampai waktu pengumuman beasiswa PPA, rasa syukur tidak henti-hentinya terucap kepada Sang Maha Pengasih dan Penyayang, beberapa bulan setelah saya kuliah, saya mendapat pesan singkat dari Dirmawa UGM, intinya ada tambahan kuota penerima beasiswa Bidi Misi untuk UGM, dan saya adalah salah satu orang yang beruntung tersebut. Keajaiban dan rizqi memang datang tak terduga, inilah bukti Kebesaran-Nya yang kesekian kalinya. Saya hanya berusaha dengan apa yang saya miliki yang Allah anugerahkan. Terus memperbaiki diri dan berusaha untuk menjadi lebih bermanfaat untuk sesama. Semoga usia ini pun memberikan berkah karena hidup ini hanya sementara dan kita tak pernah tahu usia ini akan diakhiri oleh-Nya. Insya Allah...Aamiin....

Salah satu hal penting yang harus diketahui dan dipahami banyak mahasiswa adalah pendidikan tidak berhenti ketika bel yang menandakan habisnya waktu kuliah berbunyi atau pun ketika menerima ijazah kesarjanaan. Tidak, Kawan! Pendidikan, sebaliknya, baru dimulai ketika kita memasuki ruang kehidupan yang bernama realitas. Ketika kita berhadapan dengan masyarakat luas, apalagi sebagai penerima beasiswa dari rakyat. Tanggung jawab kita sangat besar kawan, kepercayaan rakyat begitu besar kepada kita, harapan mereka hanyalah agar kita nantinya bisa menjadi generasi penerus bangsa yang bermoral dan beragama. Mereka percaya kita nantinya dapat memperbaiki tongkat estafet pemerintahan bangsa ini. Maka jangan kecewakan mereka, tuntutlah ilmu sebayak-banyaknya, luruskanlah niat kita, jangan jadikan kuliah hanya main-main saja. Jadilah orang yang berkompeten dibidang kita masing-masing, dimana suatu saat kita sudah siap ketika rakyat membutuhkan kita. Ingatlah rakyat-rakyat kecil yang bekerja keras tidak kenal lelah, sebagian penghasilan yang tentu masih kurang untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, mereka gunakan untuk membiayai pendidikan kita. Satu lagi yang perlu, ingatlah selalu kita ini siapa, makhluk kecil yang tak berdaya tanpa-Nya, maka janganlah kita merasa sombong. Kita harus belajar untuk selau merasa bodoh, hal ini berarti kita tidak pernah menganggap orang lain lebih buruk dari kita. Kita melihat bahwa setiap orang punya bakat masing-masing, dan keunggulan pada bidang-bidang yang bervariasi. Kita barangkali diberikan keunggulan pada satu bidang dan banyak orang yang tidak hebat pada bidang itu, tapi di sisi lain pasti kita punya banyak kekurangan yang orang lain hebat di dalam bidang itu. Dengan menyadari hal ini, kita tidak akan pernah merasa sombong dan kita pun semakin bisa banyak belajar dari orang-orang di sekeliling kita. Semoga ini menjadi renungan bagi kita semua, terlebih bagi saya, yang masih jauh dari angan-angan tulisan saya diatas.

Menemukan mimpi memang bukan sesuatu yang mudah bagi mereka yang belum percaya kekuatan mimpi. Semua pasti pernah merasa ragu untuk memimpikan sesuatu. Sekarang mulailah percaya pada kekuatan mimpi, percayalah ada Sang Penuntun yang tak pernah tertidur, bermimpilah, berihtiyarlah, bertawakallah dan bersyukurlah kepada-Nya J. Inilah sedikit cerita perjalanan saya, meskipun sederhana, semoga bisa diambil pelajaran, tulisan ini hanyalah refleksi diri saya sendiri yang masih sangat jauh dari harapan-harapan besar itu.
I realized that One Unforgettable Journey Of My Life Will Start From Now…
-          Ingin selalu berbagi, meski tak banyak yang dimiliki  -

-Beni Lestari-
Fakultas Farmasi UGM
Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar