Sabtu, 01 Februari 2014

Tuhan, Aku Kehabisan Kata





Kalian tahut rasanya ditusuk duri?
Sakitkan? Sesakit apapun rasa sakit itu jangan kau tampakkan didepan orang lain.
Kau harus memilih untuk tetap tersenyum atas kejadian itu.
Seperti itulah harusnya kau menmpakkan kegagalanmu.
Kau harus tetap tersenyum, meski kau tak tahu apa yang harus kau perbuat selanjutnya.
Kau harus tetap benar benar bangkit, meski bangkit itu terasa sulit. dan kau harus tetap memutar otakmu untuk menemukan cara bagaimana kegagalanmu dapat menjadi awal kesuksesanmu.


Aku percaya mimpi itu adalah sesuatu yang gratis di dunia ini. Semua orang tanpa terkecuali dapat memiliki impian apapun dengan bebasnya. Aku sangat setuju dengan pernyataan ini karena tanpa mimpi, aku tidak akan pernah ada disini untuk menapakkan kakiku disebuah Universitas Kerakyatan. Namanya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Andai kemarin aku tak berani untuk memiliki mimpi, aku yakin aku pasti tidak mampu menuliskan berbagai macam kata ini.
            Kau tahu yang namanya sebuah kegagalan? Tenang saja dia itu tidak selamanya hitam. Terkadang dia akan datang dengan warna putih setelahnya. Gagal adalah sesuatu yang sering membuat banyak orang kalut dan gagal adalah satu hal yang membuat depresi banyak orang karenanya, tapi kau harus tahu kalau ada banyak hal yang bisa kau dapat dari proses kegagalan itu.
            Kisah kegagalan yang aku alami ini berawal pada bulan April 2013. Kala itu aku sedang duduk dikelas tiga SMA, sedang gencar-gencarnya mengejar impian untuk bisa duduk di bangku universitas sesuai dengan impianku. Aku dihadapkan dengan pilihan masa depan yang sungguh meresahkan. Akan kemanakah angin membawa aku pergi dengan cita-cita ini dan bagaimana cara angin membawa impianku terbang bersama-nya? Itulah pertanyaan yang selalu terlontar dari dalam diriku. Namun aku tahu, impian yang mana yang harus ikut terbang bersama diriku ke langit sana. Aku tahu hanya ada satu nama Universitas yang membuatku jatuh cinta. Universitas ini adalah universitas impian banyak orang, kau tahu yang mana? Yang jelas bukan Universitas Indonesia ataupun Instititute tenama Teknologi Bandung, impianku bukan sama sekali berada diantara kedua nama itu. Tapi pada sebuah Universitas kerakyatan Negeri ini, Universitas besar tanpa gerbang tinggi didepannya, ya Universitas Gadjah Mada namanya. Universitas yang telah membuat aku jatuh cinta utuk kesekian kalinya.
            Namaku Imas, aku memiliki empat sahabat akrab di sekolahku SMAku tercinta, mereka bernama Selma, Dhona, Yesika dan Wulan. Persahabatan kami sangat sederhana, mereka yang selalu mengukir senyum untukku selama masa-masa sekolah. Banyak hal yang aku lalui bersama mereka. Ketika aku teringat mereka seakan-akan membuat rinduku ini semakin tak berujung, ingin sekali  segara tersampaikan rasanya salam hangat ini. Oh hujan bawalah rinduku ini pada mereka bersama derasnya rintik rintik airmu. Bersama kenangan manis yang tidak pernah aku lupakan. Aku memiliki cita-cita kelak, ketika aku besar nanti aku ingin memiki sebuah profesi yang bekerja di tempat yang sangat keren, tempat dengan berbagai macam tabung reaksi dan larutannya, tempat dimana aku bisa menuangkan berbagai macam campuran kimia didalamnya untuk di proses. Alhasil aku memilih Fakultas Farmasi untuk menunjang mimpi-mimpiku ini. Tak ada yang bisa menolak atau mencegah impianku yang sudah lebih bulat dari matahari ini, dan aku pastikan tak ada yang mampu memadamkan api semangat yang berkobar didalam raga ini
            Aku yang kala itu selalu mendapat peringkat terbaik ke-dua dikelas merasa sangat-sangatlah yakin dengan kemmapuanku yang sudah tidak usah diragukan lagi kualitasnya. Aku memang anak desa, tapi aku kini berada di sebuah sekolah terfaforit di Kota Ngawi, SMA Negeri 2 Ngawi namanya. Nilai kimia yang aku miliki tidak usah dipertanyakan lagi besarnya. Entahlah setan apa yang membuat aku menjadi seorang pecundang dengan segala kesombongan yang aku miliki, aku rasa dengan kedua modal ini aku sudah pasti akan diterima di sana. Tidak usah aku melakukan banyak hal seperti yang dilakukan banyak temanku.
            Aku baru sadar, betapa angkuh dan sok kerennya aku kala itu dengan prestasi yang hanya sebesar butiran beras. Aku yakin aku tak akan terjatuh. Terlalu ambiusnya diri ini, sampai aku melupak beberapa hal yang sangat krusial nantinya. Sama sekali tak terbesit kata ‘jatuh’ kala itu. Sama sekali, yang hanya ada dalam benakku adalah ‘diterima,  diterima dan diterima’. Lagi pula siapa yang mau memikirkan bahwa dirinya akan terjatuh.
            Hari demi hari semakin berlalu. Sudah puluhan senja terlewatkan dan sudah berpuluh puluh malam juga datang hilir mudik bergantian dengan sang fajar. Tapi aku semakinkehbaisan kata, kau tahu setelah Ujian Nasional selesai aku semakin buta arah, merasa diri ini segalanya, merasa aku pasti diterima, merasa bahwa Farmasi UGM adalah yang paling pas untukku. Dan aku melupakan segala proses yang ada, karena begitu yakinnya diri ini akan di terima di Universitas besar nantinya. Berbulan- bulan aku lalui hariku dengan banyak kejahiliyahan. Memaksa Allah untuk mengabulkan doaku  padahal untuk menghadapnya pun aku tak suka berlama lama. Aku benar benar kehabisan kata kata kala itu Betapa tidak bergunanya waktu ku gunakan, ku habiskan sia-sia semuanya. Aku lebih memilih duduk menonton Sinetron yang dikeluarkan oleh Negara Korea itu, ketimbang bermanja-manja dengan buku pelajaran yang ada. Aku tak pernah terbesit sama sekali untuk mengikuti SBMPTN atau ujian masuk apapun, sehingga aku tak pernah berminat menyentuh buku pelajaran apapun karena aku sudah yakin sedalam-dalamnya kalau aku akan di terima di Farmasi UGM.
***
Angin sampaikan kegelisahanku pada sang waktu
Senja antarkan aku menuju malam peraduan yang indah
Dan deburan ombak antarkan aku menuju mimpiku
Angin.. Aku sedang kehabisan kata kata
Benar saja, tak butuh lama Tuhan mengutuk ke-takaburan seseorang dan Tuhan pun tak butuh perantara yang rumit untuk memperlihatkan kebesarannya. Akhirnya hasil SNMPTN undanganku pun keluar. Ini adalah kado yang paling indah dan paling berharga yang aku miliki, karena semua pemberian ini langsung dari Yang Maha Kuasa. Kado yang akhirnya merubah hidupku selamanya. Sebuah kata singkat berwarna merah muncul dilayar komputerku setelah aku menuliskan beberapa kode nomer ujianku. ‘MAAF’ ya, kata ini adalah kata terindah yang setimpal dengan perbuatanku selama ini. Aku tak habis pikir kala itu dan akhirnya kusungkurkan tubuhku kekamar. Aku berteriak menangis meracau tak karuan. Parfum yang baru aku beli pun aku lemparkan sudah kedinding kamarku, aku berteriak kalap.
Terus aku dadi opo bakalan (red: lalu aku bakal jadi apa?).” Isakku menyesal.
Mungkin orang lain akan merasa senang mendengar kabar ini. Mereka pasti akan beranggapan ini lah balasan bagi orang yang menghambur hamburkan waktunya. Merasa dirinya hebat. Aku tak bisa berkata banyak mengingat semua kebodohanku. Air matapun jatuh,  tak hanya dari mataku. Tapi dari mata beliau Bapak, Ibu, dan Kakakku yang juga meneteskan air mata tentang kegagalanku ini. Aku mulai putus asa dengan semua ini. Tapi tidak dengan orang tuaku, mereka memberiku semangat dengan mengajakku untuk ikut SBMPTN dan memikirkan ulang tentang jurusan yang aku pilih. Aku sudah marah dengan Farmasi UGM, aku sudah sadar diri mungkin aku sulit untuk bisa diterima karena aku sama sekali tidak belajar selama pasca UN. Padahal SBMPTN tinggal beberapa minggu lagi.
Akhirnya Bapaku mengajak aku pergi ke Jogja untuk menemui kakak dan memintaku untuk mengikuti bimbingan belajar disana. Mungkin aku termasuk orang yang beruntung karena aku masih bisa mengikuti bimbingan belajar. Tapi kenyataannya tidak, teman-teman disana melihatku kasihan dengan segala keterbatasan ini. Aku telah tertinggal jauh beberapa materi dan ujian dari mereka yang tersisa untukku hanya tinggal satu kali Try Out. Akupun semakin putus asa. Mepet adalah kata yang tepat untuk melukiskan perjuangan orang yang menghambur-hamburkan waktu kemarin. Nasibku semakin tidak jelas dengan ditambahnya tempat tinggal yang harus aku tempati selama di Jogja. Satu-satunya harapanku adalah kakakku, tapi tak banyak harapan yang ada padanya. Kakaku laki-laki dan tak mungkin aku bisa tinggal berlama-lama di rumah yang dia sewa bersama teman-temannya. Akhirnya aku yang tinggal bersama kak Nurina Indira Mahasiswa UGM jurusan biologi di rumahnya. Kak Nurin dan orang tuanya sangat menyambut hangat kedatangannku, mereka rela membagi apapun denganku dan mereka sudah menganggapku sebagai anak sendiri. Sampai memang pada akhirnya aku tidak bisa berbuat banyak, aku hanya berusaha semaksimalku belajar dengan pilihan program study yang sudah aku pikirkan matang-matang. Kimia UGM adalah jurusan yang aku pilih sebagai pilihan pertama, ditambah dengan  pembangunan Wilayah Geografi yang ku taruh di pilihan ke dua, dan besar harapanku dengan menaruh teknologi hasil pertanian Universitas jember sebagai pilihan ketiga.
Rintangan demi rintangan aku hadapi sendirian dengan bertameng keyakinan pada doa yang aku panjatkan pada yang di Atas. SBMPTN ku lewati dengan banyak keringat yang bercucuran. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi dengan waktu belajarku yang singkat alhasil aku tidak mampu mengisi satu mata ujian dengan baik. Matematika IPA adalah nama mata ujiannya, tepat di hari kedua dengan rasa percaya diri yang ada karena berhasil melakukan ujian hari pertama dengan baik, ternyata aku tak mampu sama sekali mengisinya. Harapan hanya tinggal harapan untuk anak desa yang bermimpi sekolah di UGM ini.
Pulanglah aku kerumah sambil membawa perasaan tawakal. Ya waktu itu aku sudah berusaha, sudah belajar, tes pun sudah aku lalui. Hanya tawakal kepada zat yang Maha Agunglah yang harus aku lakukan. Aku pulang ke Ngawi tercinta berbekal rasa was-was dan tidak enak, merasa akan mengecewakan bapak dan ibu lagi. Benar saja mendengar penuturanku bahwa matematika IPA sama sekali tidak bisa aku kerjakan membuat mereka muram, bingung terhadap putri semata wayangnya hingga pada akhirnya keluarga kami mengalami kepanikan masal. Tapi aku bersyukur diberi orang tua yang sungguh manis hatinya, walaupun begitu Beliau tetap ada untuk menguatkanku. Subhanallah.
Sembari menunggu hasil SBMPTN yang mungkin sudah tak bisa lagi memegang harapannya, aku belajar untuk menghadapi Ujian Mandiri UGM dengan berbekal buku latihan soal dari Kak Nurin. Sekali lagi ku katakana, kala itu aku hanya berbekal sebuah tameng kepercayaan akan doa yang aku panjatkan kepada yang di Atas. Hingga satu hari setelah aku mengikuti Ujian Mandiri tersebut akhirnya sang waktu sampai juga pada pengumuman hasil SBMPTN ku. Tuhan, aku panic saat itu. Tak tahu apa yang harus kulakukan, aku tak mau gagal lagi dan aku tak mau mengecewakan kedua orang tuaku lagi-lagi. Hingga akhirnya bapak yang berani membuka portal pengumuman tersebut. Aku menunggu bersama ibu di ruang tamu, kami tak berani melihat hasil yang ada.
Aduh duh kok yo adoh men. (red: aduh duh kok jauh banget).” Teriak bapak mengisyaratkan Universitas Jember sebagai hasilnya.
Langsung kuarahkan tubuhku menuju kiblat, kutundukkan badan dan tubuhku. Ya aku benar-benar bersyukur atas itu. Perihal aku dimana, yang jelas aku bisa kuliah. Alhamdulilah Ya Allah yang maha Membolak balikan hati manusia. Aku mantap melangkah menuju masa depanku. Ucap syukur ini tak henti-hentinya terucap. Kecewa sebenarnya hati ini, namun ini adalah yang terbaik bagi aku dengan segala perbuatan yang telah aku lakukan kemarin.
Teknologi Hasil Pertanian Universitas Jember, ya ini adalah aku sekarang. Aku telah resmi menjadi mahasiswa. Walaupun bukan Farmasi atau UGM sesuai dengan cita-citaku dari dahulu. Bukannya aku tidak bersyukur, tapi ibu yang tidak rela melepasku ke sana. Antara Ngawai dan Jember itu terdapat banyak kota-kota lain, jauh kata ibuku. Tidak seperti Jogja dan Ngawi. Aku bingung dengan ini semua, sampai pada akhirnya aku hanya bisa menggantungkan nasibku di UM UGM yang aku ikuti kemarin.
***
Doa itu adalah hal yang penting bagiku, aku selalu berdoa memanjatkan keinginan dan tujuanku setiap setelah aku melakukan kewajiban shalat lima waktu, selain itu aku rela bangun di tengah malam untuk bisa bertemu dengan Sang Khalik lebih dulu ketimbang orang lain, dan waktu hujan pun tak luput aku manfaatkan sebagai waktu yang tepat untuk memanjatkan doa. Aku hanya bisa tawakal dan bertaubat dengan apa yang telah aku lakukan kelarin. Aku harap Tuhan mau mendengarkan dan mengabulkan aku yang mau berubah, aku yang memiliki tujuan yang mulia atas pendidikan ini.
Hingga akhirnya UM UGM menghantarkan aku sekarang duduk bersama orang-orang pilihan untuk menimba ilmu yang bermanfaat ini. Kimia UGM 2013, inilah aku sekarang dengan predikat baru yang Tuhan berikan. Terimakasih Tuhan, Engkau memang tahu mana yang terbaik untuk umatnya.
Maukah engkau membawaku kesuatu tempat?
Tempat dimana
Semua yang gagal begitu bersemangat bangkit
Semua yang gagal begitu tabah, berjuang sampai nadi mereka putus, sampai peluh mereka keluar semua, sampai air mata tak lagi dapat dibendung…
Karena aku butuh keyakinan, bahwasanya Kegagalan adalah cara paling manis untuk mencapat suatu kesuksesan.

Imas Dwi Dewanti Putri
Fisika MIPA UGM 2013



           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar