Kalian tahut rasanya ditusuk duri?
Sakitkan? Sesakit apapun rasa sakit
itu jangan kau tampakkan didepan orang lain.
Kau harus memilih untuk tetap
tersenyum atas kejadian itu.
Seperti itulah harusnya kau
menmpakkan kegagalanmu.
Kau harus tetap tersenyum, meski
kau tak tahu apa yang harus kau perbuat selanjutnya.
Kau harus tetap benar benar
bangkit, meski bangkit itu terasa sulit. dan kau harus tetap memutar otakmu
untuk menemukan cara bagaimana kegagalanmu dapat menjadi awal kesuksesanmu.
Aku percaya mimpi itu adalah sesuatu yang gratis di dunia
ini. Semua orang tanpa terkecuali dapat memiliki impian apapun dengan bebasnya.
Aku sangat setuju dengan pernyataan ini karena tanpa mimpi, aku tidak akan
pernah ada disini untuk menapakkan kakiku disebuah Universitas Kerakyatan.
Namanya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Andai kemarin aku tak berani untuk
memiliki mimpi, aku yakin aku pasti tidak mampu menuliskan berbagai macam kata
ini.
Kau tahu yang namanya sebuah kegagalan? Tenang saja dia itu tidak selamanya hitam. Terkadang dia
akan datang dengan warna putih setelahnya. Gagal adalah sesuatu yang sering
membuat banyak orang kalut dan gagal adalah satu hal yang membuat depresi
banyak orang karenanya, tapi kau harus tahu kalau ada banyak hal yang bisa kau
dapat dari proses kegagalan itu.
Kisah
kegagalan yang aku alami ini berawal pada bulan April 2013. Kala itu aku sedang
duduk dikelas tiga SMA, sedang gencar-gencarnya mengejar impian untuk bisa
duduk di bangku universitas sesuai dengan impianku. Aku dihadapkan dengan
pilihan masa depan yang sungguh meresahkan. Akan kemanakah angin membawa aku
pergi dengan cita-cita ini dan bagaimana cara angin membawa impianku terbang
bersama-nya? Itulah pertanyaan yang selalu terlontar dari dalam diriku. Namun
aku tahu, impian yang mana yang harus ikut terbang bersama diriku ke langit
sana. Aku tahu hanya ada satu nama Universitas yang membuatku jatuh cinta.
Universitas ini adalah universitas impian banyak orang, kau tahu yang mana?
Yang jelas bukan Universitas Indonesia ataupun Instititute tenama Teknologi
Bandung, impianku bukan sama sekali berada diantara kedua nama itu. Tapi pada
sebuah Universitas kerakyatan Negeri ini, Universitas besar tanpa gerbang
tinggi didepannya, ya Universitas Gadjah Mada namanya. Universitas yang telah
membuat aku jatuh cinta utuk kesekian kalinya.
Namaku Imas,
aku memiliki empat sahabat akrab di sekolahku SMAku tercinta, mereka bernama
Selma, Dhona, Yesika dan Wulan. Persahabatan kami sangat sederhana, mereka yang
selalu mengukir senyum untukku selama masa-masa sekolah. Banyak hal yang aku
lalui bersama mereka. Ketika aku teringat mereka seakan-akan membuat rinduku
ini semakin tak berujung, ingin sekali
segara tersampaikan rasanya salam hangat ini. Oh hujan bawalah rinduku
ini pada mereka bersama derasnya rintik rintik airmu. Bersama kenangan manis
yang tidak pernah aku lupakan. Aku memiliki cita-cita kelak, ketika aku besar
nanti aku ingin memiki sebuah profesi yang bekerja di tempat yang sangat keren,
tempat dengan berbagai macam tabung reaksi dan larutannya, tempat dimana aku
bisa menuangkan berbagai macam campuran kimia didalamnya untuk di proses.
Alhasil aku memilih Fakultas Farmasi untuk menunjang mimpi-mimpiku ini. Tak ada
yang bisa menolak atau mencegah impianku yang sudah lebih bulat dari matahari
ini, dan aku pastikan tak ada yang mampu memadamkan api semangat yang berkobar
didalam raga ini
Aku yang
kala itu selalu mendapat peringkat terbaik ke-dua dikelas merasa
sangat-sangatlah yakin dengan kemmapuanku yang sudah tidak usah diragukan lagi
kualitasnya. Aku memang anak desa, tapi aku kini berada di sebuah sekolah
terfaforit di Kota Ngawi, SMA Negeri 2 Ngawi namanya. Nilai kimia yang aku
miliki tidak usah dipertanyakan lagi besarnya. Entahlah setan apa yang membuat
aku menjadi seorang pecundang dengan segala kesombongan yang aku miliki, aku
rasa dengan kedua modal ini aku sudah pasti akan diterima di sana. Tidak usah
aku melakukan banyak hal seperti yang dilakukan banyak temanku.
Aku baru
sadar, betapa angkuh dan sok kerennya aku kala itu dengan prestasi yang hanya
sebesar butiran beras. Aku yakin aku tak akan terjatuh. Terlalu ambiusnya diri
ini, sampai aku melupak beberapa hal yang sangat krusial nantinya. Sama sekali
tak terbesit kata ‘jatuh’ kala itu. Sama sekali, yang hanya ada dalam benakku
adalah ‘diterima, diterima dan
diterima’. Lagi pula siapa yang mau memikirkan bahwa dirinya akan terjatuh.
Hari demi
hari semakin berlalu. Sudah puluhan senja terlewatkan dan sudah berpuluh puluh
malam juga datang hilir mudik bergantian dengan sang fajar. Tapi aku
semakinkehbaisan kata, kau tahu setelah Ujian Nasional selesai aku semakin buta
arah, merasa diri ini segalanya, merasa aku pasti diterima, merasa bahwa
Farmasi UGM adalah yang paling pas untukku. Dan aku melupakan segala proses
yang ada, karena begitu yakinnya diri ini akan di terima di Universitas besar
nantinya. Berbulan- bulan aku lalui hariku dengan banyak kejahiliyahan. Memaksa
Allah untuk mengabulkan doaku padahal
untuk menghadapnya pun aku tak suka berlama lama. Aku benar benar kehabisan
kata kata kala itu Betapa tidak bergunanya waktu ku gunakan, ku habiskan
sia-sia semuanya. Aku lebih memilih duduk menonton Sinetron yang dikeluarkan
oleh Negara Korea itu, ketimbang bermanja-manja dengan buku pelajaran yang ada.
Aku tak pernah terbesit sama sekali untuk mengikuti SBMPTN atau ujian masuk
apapun, sehingga aku tak pernah berminat menyentuh buku pelajaran apapun karena
aku sudah yakin sedalam-dalamnya kalau aku akan di terima di Farmasi UGM.
***
Angin sampaikan kegelisahanku pada
sang waktu
Senja antarkan aku menuju malam
peraduan yang indah
Dan deburan ombak antarkan aku
menuju mimpiku
Angin..
Aku sedang kehabisan kata kata
Benar saja, tak butuh lama Tuhan mengutuk ke-takaburan seseorang dan Tuhan pun tak
butuh perantara yang rumit untuk memperlihatkan kebesarannya. Akhirnya hasil
SNMPTN undanganku pun keluar. Ini adalah kado yang paling indah dan paling
berharga yang aku miliki, karena semua pemberian ini langsung dari Yang Maha
Kuasa. Kado yang akhirnya merubah hidupku selamanya. Sebuah kata singkat
berwarna merah muncul dilayar komputerku setelah aku menuliskan beberapa kode
nomer ujianku. ‘MAAF’ ya, kata ini adalah kata terindah yang setimpal dengan
perbuatanku selama ini. Aku tak habis pikir kala itu dan akhirnya kusungkurkan
tubuhku kekamar. Aku berteriak menangis meracau tak karuan. Parfum yang baru
aku beli pun aku lemparkan sudah kedinding kamarku, aku berteriak kalap.
“Terus aku dadi opo
bakalan (red: lalu aku bakal jadi apa?).” Isakku menyesal.
Mungkin orang lain akan merasa senang mendengar kabar ini.
Mereka pasti akan beranggapan ini lah balasan bagi orang yang menghambur
hamburkan waktunya. Merasa dirinya hebat. Aku tak bisa berkata banyak mengingat
semua kebodohanku. Air matapun jatuh,
tak hanya dari mataku. Tapi dari mata beliau Bapak, Ibu, dan Kakakku
yang juga meneteskan air mata tentang kegagalanku ini. Aku mulai putus asa
dengan semua ini. Tapi tidak dengan orang tuaku, mereka memberiku semangat
dengan mengajakku untuk ikut SBMPTN dan memikirkan ulang tentang jurusan yang
aku pilih. Aku sudah marah dengan Farmasi UGM, aku sudah sadar diri mungkin aku
sulit untuk bisa diterima karena aku sama sekali tidak belajar selama pasca UN.
Padahal SBMPTN tinggal beberapa minggu lagi.
Akhirnya Bapaku mengajak aku pergi ke Jogja untuk menemui
kakak dan memintaku untuk mengikuti bimbingan belajar disana. Mungkin aku
termasuk orang yang beruntung karena aku masih bisa mengikuti bimbingan
belajar. Tapi kenyataannya tidak, teman-teman disana melihatku kasihan dengan
segala keterbatasan ini. Aku telah tertinggal jauh beberapa materi dan ujian
dari mereka yang tersisa untukku hanya tinggal satu kali Try Out. Akupun semakin putus asa. Mepet adalah kata yang tepat
untuk melukiskan perjuangan orang yang menghambur-hamburkan waktu kemarin.
Nasibku semakin tidak jelas dengan ditambahnya tempat tinggal yang harus aku
tempati selama di Jogja. Satu-satunya harapanku adalah kakakku, tapi tak banyak
harapan yang ada padanya. Kakaku laki-laki dan tak mungkin aku bisa tinggal
berlama-lama di rumah yang dia sewa bersama teman-temannya. Akhirnya aku yang
tinggal bersama kak Nurina Indira Mahasiswa UGM jurusan biologi di rumahnya.
Kak Nurin dan orang tuanya sangat menyambut hangat kedatangannku, mereka rela
membagi apapun denganku dan mereka sudah menganggapku sebagai anak sendiri.
Sampai memang pada akhirnya aku tidak bisa berbuat banyak, aku hanya berusaha
semaksimalku belajar dengan pilihan program study yang sudah aku pikirkan
matang-matang. Kimia UGM adalah jurusan yang aku pilih sebagai pilihan pertama,
ditambah dengan pembangunan Wilayah
Geografi yang ku taruh di pilihan ke dua, dan besar harapanku dengan menaruh
teknologi hasil pertanian Universitas jember sebagai pilihan ketiga.
Rintangan demi rintangan aku hadapi sendirian dengan
bertameng keyakinan pada doa yang aku panjatkan pada yang di Atas. SBMPTN ku
lewati dengan banyak keringat yang bercucuran. Aku sudah berusaha semaksimal
mungkin, tapi dengan waktu belajarku yang singkat alhasil aku tidak mampu
mengisi satu mata ujian dengan baik. Matematika IPA adalah nama mata ujiannya,
tepat di hari kedua dengan rasa percaya diri yang ada karena berhasil melakukan
ujian hari pertama dengan baik, ternyata aku tak mampu sama sekali mengisinya.
Harapan hanya tinggal harapan untuk anak desa yang bermimpi sekolah di UGM ini.
Pulanglah aku kerumah sambil membawa perasaan tawakal. Ya
waktu itu aku sudah berusaha, sudah belajar, tes pun sudah aku lalui. Hanya
tawakal kepada zat yang Maha Agunglah yang harus aku lakukan. Aku pulang ke
Ngawi tercinta berbekal rasa was-was dan tidak enak, merasa akan mengecewakan
bapak dan ibu lagi. Benar saja mendengar penuturanku bahwa matematika IPA sama
sekali tidak bisa aku kerjakan membuat mereka muram, bingung terhadap putri
semata wayangnya hingga pada akhirnya keluarga kami mengalami kepanikan masal.
Tapi aku bersyukur diberi orang tua yang sungguh manis hatinya, walaupun begitu
Beliau tetap ada untuk menguatkanku. Subhanallah.
Sembari menunggu hasil SBMPTN yang mungkin sudah tak bisa
lagi memegang harapannya, aku belajar untuk menghadapi Ujian Mandiri UGM dengan
berbekal buku latihan soal dari Kak Nurin. Sekali lagi ku katakana, kala itu
aku hanya berbekal sebuah tameng kepercayaan akan doa yang aku panjatkan kepada
yang di Atas. Hingga satu hari setelah aku mengikuti Ujian Mandiri tersebut
akhirnya sang waktu sampai juga pada pengumuman hasil SBMPTN ku. Tuhan, aku
panic saat itu. Tak tahu apa yang harus kulakukan, aku tak mau gagal lagi dan
aku tak mau mengecewakan kedua orang tuaku lagi-lagi. Hingga akhirnya bapak
yang berani membuka portal pengumuman tersebut. Aku menunggu bersama ibu di
ruang tamu, kami tak berani melihat hasil yang ada.
“ Aduh duh kok yo adoh
men. (red: aduh duh kok jauh banget).” Teriak bapak mengisyaratkan
Universitas Jember sebagai hasilnya.
Langsung kuarahkan tubuhku menuju kiblat, kutundukkan badan
dan tubuhku. Ya aku benar-benar bersyukur atas itu. Perihal aku dimana, yang
jelas aku bisa kuliah. Alhamdulilah Ya Allah yang maha Membolak balikan hati
manusia. Aku mantap melangkah menuju masa depanku. Ucap syukur ini tak
henti-hentinya terucap. Kecewa sebenarnya hati ini, namun ini adalah yang
terbaik bagi aku dengan segala perbuatan yang telah aku lakukan kemarin.
Teknologi Hasil Pertanian Universitas Jember, ya ini adalah
aku sekarang. Aku telah resmi menjadi mahasiswa. Walaupun bukan Farmasi atau
UGM sesuai dengan cita-citaku dari dahulu. Bukannya aku tidak bersyukur, tapi
ibu yang tidak rela melepasku ke sana. Antara Ngawai dan Jember itu terdapat
banyak kota-kota lain, jauh kata ibuku. Tidak seperti Jogja dan Ngawi. Aku
bingung dengan ini semua, sampai pada akhirnya aku hanya bisa menggantungkan
nasibku di UM UGM yang aku ikuti kemarin.
***
Doa itu adalah hal yang penting bagiku, aku selalu berdoa
memanjatkan keinginan dan tujuanku setiap setelah aku melakukan kewajiban
shalat lima waktu, selain itu aku rela bangun di tengah malam untuk bisa
bertemu dengan Sang Khalik lebih dulu ketimbang orang lain, dan waktu hujan pun
tak luput aku manfaatkan sebagai waktu yang tepat untuk memanjatkan doa. Aku
hanya bisa tawakal dan bertaubat dengan apa yang telah aku lakukan kelarin. Aku
harap Tuhan mau mendengarkan dan mengabulkan aku yang mau berubah, aku yang
memiliki tujuan yang mulia atas pendidikan ini.
Hingga akhirnya UM UGM menghantarkan aku sekarang duduk
bersama orang-orang pilihan untuk menimba ilmu yang bermanfaat ini. Kimia UGM
2013, inilah aku sekarang dengan predikat baru yang Tuhan berikan. Terimakasih
Tuhan, Engkau memang tahu mana yang terbaik untuk umatnya.
Maukah engkau membawaku kesuatu
tempat?
Tempat dimana
Semua yang gagal begitu bersemangat
bangkit
Semua yang gagal begitu tabah,
berjuang sampai nadi mereka putus, sampai peluh mereka keluar semua, sampai air
mata tak lagi dapat dibendung…
Karena aku butuh keyakinan,
bahwasanya Kegagalan adalah cara paling manis untuk mencapat suatu kesuksesan.
Imas Dwi Dewanti Putri
Fisika MIPA UGM 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar