Rabu, 26 Februari 2014

Sedia Payung Sebelum Bencana



                Kita gak pernah tahu kapan pasti terjadinya sebuah bencana, namun dengan melihat sejarah dan mengambil beberapa pelajaran dari sana kita akan tahu kapan dan bagaimana ciri-ciri sebuah bencana alam akan terjadi. Seperti letusan Gunung Merapi yang memiliki siklus aktivitas letusan setiap empat tahun sekali, banjir jakarta yang hampir selalu terjadi disaat Indonesia sedang mengalami musim hujan yaitu di bulan Januari atau gempa bumi yang biasanya terjadi menjelang letusan sebuah gunung berapi.




                Kita sebagai manusia biasa hanya bisa mengutarakan sebuah rencana dan sesungguhnya hanya Tuhan-lah yang memiliki rencana itu. Berikhtiar dengan selalu berdoa dan berusaha adalah jalan terbaik yang dapat dilakukan manusia dikala bencana menimpa negeri ini. Berikut ada beberapa tips yang bisa di tiru untuk mengantisipasi bahaya dalam bahaya yang terjadi. Kita harus menyiapkan segala hal untuk mengurangi sebuah kerugian dalam menghadapi bahaya atau bencana alam.

1.       Persediaan Makanan     : Mungkin kita gak pernah tahu kapan persisnya bencana akan datang, namun tidak salah jika kita menyiapkan beberapa persediaan makanan didalam rumah atau kos. Hal ini mengantisipasi kelaparan jika bencana terjadi. Misalnya hujan abu akibat letusan gunung atau banjir yang nanti akan mengakibatkan sulitnya akses untuk mendapatkan makanan diluar rumah. Jangan lupa untuk menyimpan beberapa makanan pada sebuah tas atau kantung agar ketika bencana datang semua persediaan makanan dapat langsung dibawa pergi.

2.       Obat-obatan                      : Walaupun kita hanya hidup sendiri di kos-kosan atau rumah, tidak ada salahnya untuk memiliki kotak P3K yang lengkap. Apalagi jika bencana alam terjadi, setidaknya kita bisa langsung menolong orang sekitar untuk mengobati luka yang ada. Tips penting jika tidak memiliki kotak P3K, usahakan beberapa obatan dimasukan dalam satu wadah (portable) yang nantinya mudah dibawa.

3.       Pakaian                                : Iya, ini adalah hal terpenting dan krusial untuk dipersiapkan. Pakaian akan menjadi sebuah masalah besar jika tidak disiapkan untuk menghadapi sebuah bencana. Setidaknya kita tidak perlu menyulitkan relawan untuk mencarikan pakaian layak nantinya untuk kita. Jika dirasa bencana akan segera terjadi, jangan lupa untuk menaruh beberapa pakaian yang dipersiapkan dalam satu tas yang mudah dibawa. Tidak lupa untuk menyiapkan alat ibadah juga.

4.       Iventaris penting lainnya              : Hal kecil seperti ini adalah hal yang krusial dan biasanya terlupakan oleh orang banyak. Jangan lupa untuk menyiapkan beberapa inventaris barang yang disiapkan sesuai dengan bencana yang akan dihadapi nantinya, sepeti persediaan tisu, obat tetes mata, tisu basah, kacamata dan masker untuk mengurangi abu vulkanik, peniti, jarum dan benang, senter, dan beberapa alat untuk membersihkan diri lainnya. Beberapa alat kecil ini sangat penting dan dipersiapkan dalam satu wadah yang nantinya mudah dicari dan di bawa pergi.

5.       Alat Komunikasi                         : Jika dirasa bahaya mengintai anda maka jangan pernah membiarkan alat komunikasi berada jauh dari anda. Untuk mengatasi mati listrik saat dipengungsian atau tidak berjalan dengan baiknya alat komunikasi, maka sediakan beberapa kertas yang berisi nomor kontak familly terdekat anda baik yang tinggalnya berada jauh maupun dekat dari wilayah anda. Agar anda masih bisa menghubungi mereka ketika alat komunikasi anda hilang atau rusak karena bencana alam. Alangkah lebih baik lagi jika anda menghafalkan beberapa nomor mereka diluar kepala.

6.        Save your thing                         : Kalau memang harus mengungsi ada beberapa tips sebelum meninggalkan rumah atau kamar kos, mengingat banyaknya barang-barang berharga yang tidak mungkin dibawa untuk mengungsi.
a.       Simpan barang berharga ditempat aman, seperti laptop, televisi, gadget atau barang elektronik lainnya. Simpan mereka di tempat yang tinggi dan kokoh, apabila banjir menghampiri pastikan air tidak akan menjangkau barang-barang anda dan apabila gempa membuat beberapa bagian rumah anda runtuh maka alat elektronik anda tidak akan mengalami kerusakan karena disimpan ditempat yang kokoh dan terlindungi.
b.      Surat penting itu adalah hal yang penting untuk diselamatkan terlebih dahulu, seperti surat pajak, akta rumah, bpkb motor, ijazah dan surat penting lainnya. Simpan barang-barang ini dalam suatu wadah yang tahan air seperti map plastik dan simpanlah pada tempat yang aman dirumah anda.
c.       Jika bencana yang dihadapi adalah banjir maka usahakan tidak ada barang yang disimpan ditempat rendah, untuk mengurangi kerusakan. Jika yang dihadapi adalah musibah meletusnya gunung, maka kunci semua pintu dan tutup rapat semua fentilasi udara yang ada agar kemungkinan masuknya debu ke dalam rumah menjadi lebih kecil. Jangan pernah meninggalkan rumah dalam keadaan tidak terkunci.
d.      Barang-barang yang sebelumnya sudah dipersiapkan untuk menghadapi bencana alam seperti tas berisi pakaian, P3K, atau persediaan makanan sebaiknya disimpan ditempat yang mudah dijangkau saat kita harus lari untuk mengungsi, agar kita mudah menemukan dan dapat langsung dibawa pergi. Jika anda adalah seorang muslim maka jangan lupa untuk menaruh jilbab ditempat terdekat agar tetap menjaga aurat saat bancana menghadang.


7.       Jika merasa sudah dekat dengan bencana alam yang akan terjadi, maka usahakan untuk selalu bersiap siaga dengan keluarga atau orang-orang terdekat. Misalnya meminta mereka untuk saling menjaga atau membangunkan ketika bencana terjadi untuk bersama-sama mengungsi ketempat yang aman

8.       Kendaraan adalah hal utama yang harus dipersiapkan, anda harus memastikan performance kendaraan anda selalu dalam kondisi baik dengan memastikan bensin atau kondisi mesin yang baik. Jangan lupa untuk selalu menaruh kunci kendaraan di tempat terjangkau agar mudah ditemukan saat diperlukan dalam kondisi genting.

9.       Pastikan anda tahu kemana anda akan mengungsi. Contohnya adalah jika gunung meletus mungkin relawan telah mengumuman tempat pengungsian jauh-jauh hari dan pastikan anda tahu rute dan tempat yang disediakan. Jika yang terjadi hanya gempa, maka anda harus tahu lapangan luas terdekat dan atau tangga darurat yang dapat digunakan. Jangan lupa untuk tetap waspada dengan kemungkinan terjadinya bencana susulan setelah bencana pertama terjadi.

Itulah tadi beberapa tips yang mungkin bisa dicoba untuk mempersiapkan segala kemungkinan yang ada, dengan mengurangi bahaya didalam bahaya. Kita manusia tidak pernah tahu apa yang terjadi kedepannya pada diri kita namun alangkah baiknya jika kita berusaha terlebih dahulu untuk mengurangi ketakutan dan kerugian yang ada dengan tanggap bencana dari hari ini. Jika bukan hari ini lalu kapan lagi dan jika bukan diri kita lalu siapa lagi. Selagi masih bisa meminimalisir suatu kerugian maka minimalisirlah sesuatu itu. 

“Lakukanlah apa yang orang lain tidak lakukan, maka kita akan mendapatkan apa yang orang lain tidak dapatkan.” Salam #IndonesiaMenginspirasi

Sabtu, 01 Februari 2014

JOSU, SI ANAK BUKIT SERIBU





Jumat Kliwon, 1993-Keramat Yang Selalu Tercatat
Pelosok desa ini cerita, bukit seribu disebut, terhampar berliku kapur tandus, gersang, kering, terjal dan curam. Menyengat panas tajam batu padas namun tua renta jati diam membisu, membatu, merapuh gugur daun tinggalkanya. Kemarau begitu kerasan, pun pulang tak mau dengan ladang yang membentang, coklat tanah merekah menanti tapi engan datang itetesan air langit, hujan. Gunungkidul, 1993 suasana seperti inilah yang tergambar saat itu. Dalam suasana desa yang tenang Allah SWT memberikan kesempatan saya untuk pertama kalinya menghirup udara segar di bumi mungkin juga bersamaan dengan jutaan anak lainya di seluruh pelosok dunia. Tersebut dalam akte kelahiran ‘JOKO SUSILO’ dan inilah saya, memang bervariasi orang memanggil, ada yang memanggil ‘UUQ’ karena saat itu lagi ‘nge-trend’ lagu yang penggalan liiriknya ‘…mas Joko tak UUQ..”. Orang-orang kampung yang simple biasanya cuma memanggil “KO”, lain lagi dengan teman-teman bermain maupun belajar yang lebih modern mereka memanggil saya “JACK” atau “JOSU” ( JO:JOko; SU: SUsilo). Pun, mengikuti perkembangan dunia politik banyak juga orang yang memanggil saya dengan “JOKOSU” disangkut pautkan dengan Walikota Solo yang sekarang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta bahkan diisukan lembaga survey bakal jadi kadidat kuat presiden 2014, Bapak JOKOWI. Ya mungkin karena style bicara ‘medok’ ala Jogja-Solo yang menjadi kemiripannya. Terkait nama Joko Susilo mengandung makna “Joko” lelaki tangguh dan ksatria dalam sejarah maupun mitos orang Jawa seperti Joko Tingkir, Joko Tarub dan lain sebagainya. Adapun “Susilo” bersinonim dengan “Susila” dengan penafsiran taat aturan terhadap nilai dan norma yang berlaku serta bertata karma (sopan santun). Nama ini dicetuskan oleh bibi saya bernama Marsiyem, tanpa ada intrupsi dari anggota keluarga lainnya nama Joko Susilo pun secara musyawarh mufakat disetujui oleh seluruh anggota keluarga
Jumat Kliwon tanggal 16 April 1993 saya dilahirkan, hari yang dianggap kramat dan penuh makna bagi orang Jawa kuno di samping hari Selasa Kliwon. Lahir dari seorang ibu hebat yang bernama Suyem dan ayah yang tangguh bernama Miurjiyanto. Ibu saya berasal dari Desa Keblak Ngeposari, yang saat ini menjadi salah satu desa wisata di Gunungkidul dengan potensi kerajinan ukir batu alam dan wisata karts. Sedangkan ayah saya berasal dari Desa Sogo Candirejo, area rawan kekeringan yang banyak berdiri bak penampungan air hujan sebagi stok ketika kemarau panjang. Tidak ada hal yang istimewa dalam kelahiran saya, terisolir dengan perekonomian masyarakat yang rendah. Ibu pernah bercerita semasa di dalam kandungan saya banyak bergerak, meskipun saya sendiri juga tidak ingat akan hal itu, prossesor otak masih belum terkoneksi dengan baik dan berkemampuan tinggi seperti Core i7 Intel saat ini. Memang berat mengandung kurang lebih 9 bulan tapi disyukuri kelahiran saya lancer, tidak perlu ke dokter dengan fasilitas rumah sakit yang mewah VIP namun cukup kelahiran normal dibantu dukun/sesepuh setempat kala itu dengan fasilitas amben(Jawa : tempat tidur dari bilahan bamboo yang ditata) beralaskan kloso rajutan mendong(Jawa : tikar dari tumbuhan sejenis alang-alang yang dianyam). Pun, dilahirkan tahun 1993 yang masih murah biaya hidupnya, coba jika dilahirkan di era 2013 biaya persalinan pasti mahal dengan layanan yang berbau diskriminasi dan berbelit-belit birokrasi.














Nomaden Bak Manusia Purba
Sering tetangga sekitar maupun keluarga bercerita, Josu kecil mulai ada keistimewaan setelah umur 1,5 tahun dimana lebih cepat berdiri dan berkomunikasi dibandingkan balita seumurannya. Masa balita saya memang nomaden seperti manusia purba alias hidup berpindah-pindah. Hal ini dikarenakan kedua orang tua bekerja di pabrik mie dan berdagang yang juragannya adalah seorang keturunan China. Beberapa kota di Jawa Tengah dan Yogyakarta telah tersinggahi meskipun dalam tempo yang tidak terlalu lama disetiap persinggahan. Sekitar tahun 1995 barulah keluarga saya  menetap di salah satu pelosok Gunungkidul, daerah gersang dan tandus ketika kemarau dating namun begitu tinggi semangat rasa gotong-royong dan kerja keras masyarakatnya di tengah kesederhanaan hidup. Tepatnya di Dusun Keblak, Ngeposari, Semanu, Gunungkidu. Disebut ‘Keblak’ karena ada mitos kata ini diambil dari dari bunyi jenis kelelawar raksasa jelmaan jin deng suara “..keblak,kebluk, keblak,kebluk” yang muncul sehabis Surup(Jawa : Magrib). Dari kata  inilah desa ini kemudian terkenal dengan nama Dusun Keblak. Dusun ini sempat berpindah 2 kali karena di tahun 80-an terjadi kebakaran besar yang menghanguskan perkampungan penduduk dan akhirnya berpindah 4 km arah utara dari lokasi awal. Terlepas dari Mitos Kelelawar Pakebluk yang jelas secara sejarah dan telah menjadi saksi bisu bahwa jalan di kampung ini adalah bekas rute gerilya Jendral Sudirman dikala perang kemerdekaan melawan agresi militer Belanda jadi nuansa sejarah nasionalisme cukup kental dan dibeberapa persimpangan jalan pun masih bisa ditemui petunjuk arah bertuliskan ‘rute gerilya Jendral Sudirman’ sebagai pengingkat akan jasa-jasa dan perjuangan beliau dalam mempertahankan NKRI.
*****
            Diumur 4 tahun saya mulai aktif, setiap pulang kerja dari Jogja di pabrik mie dan roti ayah selalu membawakan mainan sederhana namun cukup untuk hal edukasi anak usia dini, mulai dari karu bergambar hingga susunan huruf alphabet sehingga ada dampak positifnya, meskipun masih kecil saya cukup mahir dalam mengeja dan menghafal huruf alphabet maupun angka. Tahun 1998 seharunsnya saya sudah msauk janjang Taman Kanak-Kanak (TK) tetapi orang tua menundanya dengan alas an fisik saya saat itu masih kecil dibandingkan anak seumuran lainnya. Selang setahun berikutnya ibarulah saya masuk TK Abadi Mojo, sekolah tepi sawah berjarak 1,5 km dari kampong saya. Bulan pertama masuk Ibu masih mengatarkan ke sekolah, barulah bulan kediua dan seterusnya berangkat sendiri.. Sempat berkecil hati memang, anak-anak lain diantar jemput oleh kedua orang tuanya, tapi hal tersebut tidak berlaku untuk saya. Tapi memang bukan tanpa alas an Ibu tidak antar jemput kala itu karena ebliau juga harus berjualan ke pasar tradisional untuk menjajakan sayuran, tempe kedelai maupun makanan olahan lainnya. Kelas TK ada 25 anak dengan guru pengampu bernama Ibu Sukinah dan Ibu Ir. Saat itu saya cukup bandel alisas suka ‘kontekan’(memukul-mukul meja ala pemain perkusi sambil bernyanyi tidak jelas tanpa cord)., sampai-sampai di raport bertulis merah soal perilaku saya tersebut “..anknak suka main dan pukul meja’. Meskipun cukup bandel saya termasuk siswa yang berani maju ke depan untuk berpendapat dan terkenal jika daa tugs-tigas mengambar mapun mewarnai karena goresannya lebih baik disbanding anak-anak lainnya. Kegiatan belajar di TK mulai jam 07.030-10.00 WIB. Jarak rumah tidak terlalu jauh untuk jalan kaki menuju TK namun kendala tersulit adalah ketika musim penghujan datang, maklum rute utama yang dilewati adalah persawahan dan kalenan(Jawa : aliran sungai kecil) sehingga harus berbecek ria dihamparan lumpur dan mengantungkan sepatu di leher dengan beratap daun pisang atau daun lumbu sebagai paying jika hujan lebat. Anak-anak dari dusun saya terkenal juga paling kotor jika berangkat sekolah dimusim penghujan, baju putih bisa terbatik warna alami cokelat lumpur. Tidak selalu sengsara, musim penghujan ada enaknya juga bagi anak-anak TK Abadi Mojo karena jalan yang dilewati terhampar luas kebun semangka, jambu mente(monyet) dab beberapa pohon papaya serta pisang. Alhasil ketika masa panen tiba menjadi kegembiraan tersendiri jika pulang sekolah mencicipi gratis buah hasil panen para petani. Biasanya mereka menawari untuk mengambil 1-3 buah, khusus untuk buah jambu mente tidak perlu menunggu ketemu petani karena boleh memetik semaunya asal biji jambunya dikumpulkan dibawah pohon biar mereka mudah mengumpulkan untuk dijual. Jika cuaca redup dan tidak panas mencari jangkrik dibekas tanah merekah hasil jebolan pohon ketela juga menjadi aktivitas unik bagi anak-anak dengan membawa bekas cangkak bekicot sebagai wadahnya dengan penyumbat daun ketela. Ada lima anak yang seangkatan dengan saya dari Dusun Keblak kala itu yaitu Andika, Syafa’atun, Heri, Edi dan Pujiyati, bersama anak-anak inilah hari-hari mbolang ala anak TK saya jalani selama 1 tahun.
            Selang 1 tahun, jenjang Sekolah Dasar(SD) pun dimulai, SD Ngeposari II menjadi pilihan selanjutnyay, SD yang berarsitek bentuk huruf L ini terletak berseberangan dengan TK Abadi Mojo dan berada di jalan utama Desa Wisata Mojo. Pemandangan khas pegunungan karts terlihat jelas dari lokasi ini karena memang posisi baguna sekolah yang berada di lereng bukit. Pohon Randu yang berumur ratusan tahun pun berdir kokoh diseberang jalan seperti menjadi benteng alam bagi sekolah tersebut.   Masih teringkat jelas ayunan pengaris kayu Ibu Etik, guru Bahasa Indonesia pertama yang mengenalkan sebaris kata “..Ini Budi, ini bapak Budi…” dengan coretan khas kapur diatas papan tulis hitam berbahan pohon jati. Teringat juga akan uang saku Rp 500;- dan Rp 300;-, jika jadwal pramuka dan olahraga uang saku Rp 500;- untuk membeli 1 porsi nasi dengan segelas kecil es teh, hari lainya cukup Rp 300,- cukup membeli 2 tusuk siomay dan permen. Mulai kelas 3 saya terpilih menjadi ketua kelas sampe kelas 6 dan ketua kontingen jika ada lomba maupun cara bagi siswa-siswa SDN II Ngeposari. Meskipun fisik terbilang kecil dibandingkan anak-anak lainya tetapi saya bisa dibilang paling kendhel(Jawa : berani) dan selalu menepati urutan 1 atau 2 jika olahraga lari 5 km keliling desa ataupun naik turun area gunung. Tanpa kesulitan yang berarti 6 tahun sudah masa SD saya lewati, Alhamdulillah juga memecahkan rekor sebagai juara 1 kelas 1-6 SD secara berturut-turut yang mengatarkan saya masuk 10 profil siswa berprestasi Majalah Titian Prestasi masa itu. Dari hal inilah kemudian kepala sekolah Bapak Hartadi, Amd menyebut  dan menyindir saya dengan nama ‘Si Cabe Rawit’ biar kecil jika bersuara paling keras dan peringkat kelas stabil. Terlepas dari hal tersebut SD ini telah memberikan pelajaran kebersamaan dan gotong royong bagi siswa-siswanya, setiap Jumat diwajibkan kerja bakti, paling ramai kalau dapat tugas membawa serpihan dan bongkah batu putih limbah industri kerajinan batu di dekat sekolah sebagai uruk (Jawa : menutupi) sudut-sudut sekolah yang tidak merata karena memang berlokasi di lereng bukit. Membawa sapu lidi dan maju serentak seperti prajurit untuk menyapu halaman sekolah yang luas tertutup daun cemara kering. Dan yang ditunggu setelah lelah naik pohon jambu biji samping sekolah sambil menunggu ketela bakar matang dikobaran api daun pohon jati, ketela ini adalahhasil meminta dari petani yang ladangnya bersampingan dengan SD.
*******
            …..Kampus Biru, SMPN 1 Semanu
Pengumuman kelulusan SD dilaksanakan, orang tua siswa mendapat undangan untuk menghadiri acara pelepasan. Hasil membanggakan masih bias dipertahankan juara 1 kelas meskipun harus puas diperingkat 2 untuk hasil Ujian Nasional(UN). Pasca kelulusan, ada 2 pilihan saat itu yaitu melanjutkan ke SMPN 1 Semanu 1 atau MTSN Semanu. Bimbang karena SMPN 1 adalah sekolah favorit dan unggulan di daerah tersebut yang memiliki banyak prestasi dan lulusan mayoritas diterima di SMA/SMK ternama di Gunungkidul, dilain sisi jika MTSn Semanu adalah SMP unggulan juga yang berbasis agama Islam. Setelah melalui pertimbangan yang matang akhirnya SMPN 1 Semanu menjadi pilihan saya untuk menimba ilmu. Hari pertama pendaftaran setiap sudut sekolah sudah dipenuhi berbagai warna seragam anak SD yang sebelumnya belum pernah saya lihat, hilir mudik orang tua mengantar putra-outrinya sambil membawa stopmap berkas pendaftaran. Berbeda dengan saya yang hanya diantar suami kakak saya sampai terminal bus Munggi dan harus jalan kaki sekitar 700 m menuju sekolah tersebut dengan pengalaman pahit dihadang anjing garang yang mengongong keras tidak ketulungan tapi untung tali pengikat tidak lepas dan mengejar. Dengan sedikit canggung dengan lingkungan baru berkas pendaftaran hari itu juga saya selesaikan, dibantu panitia dari OSIS yang teringkat sangat ramah dan cekatan membantu penyelesaian berkas saya. Teman-teman SMP tidak jauh berbeda dengan SD, hampir 75% lulusan SDN II Ngeposari melanjutkan ke SMPN 1 Semanu juga bahkan 8 anak diantaranya berada 1 kelas yang sama dengan saya. Atmosfer kompetisinya saja yang lebih menantang karena penghuninya dari berbagai SD yang ada di seluruh Kecamatan Semanu, dengan 2 underdog yang disegani SDN III Semanu dan SDN I Semanu. Sambil menunggu hasil pengumuman dan masih masa liburan saya gunakan untuk membantu panen kakek aneka hasil pertanian seperti labu, jagung, kacang tanah dan jambu monyet
            Minggu pertama masuk sekolah dengan kegiatan klasik yaitu Masa Orientasi Siswa(MOS) dan pengenalan secara detail tetang SMPN 1 Semanu sekitar 1 minggu. Kelas pararel terdiri dari kelas A-D dengan jumlah total siswa ada 32 siswa per kelas, keluarga baru ditahun 2006 Kampus Biru SMPN 1 Semanu. Wajah-wajah baru dan lingkungan baru pun menyambut untuk 3 tahun ke depan. Dan inilah kali pertama saya mendengar apa itu kata ‘OSIS’ meskipun masa SD sudah menjadi penguru kelas tetapi origanisasi ini terdengar baru di telinga saya. Mengawali karier terpilih menjadi anggota sekbid VII ( Olahraga dan Kesenian) menjadi momentum bersejarah yang selanjutnya mempertemukan saya dengan sosok-sosok inspiratif dan banyak berpengaruh dalam hidup. Diantaranya Januar Adam (Mipa UAD 2012) anak kulit sawo matang yang multi bakat bidang pramuka, music, PBB dan kesenian tradisional dan Ahmad Hasyim (Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung 2012) ustad muda yang berbakat soal agama dan akademik. Kolaborasi dengan 2 anak ini membawa kami 2 tahun berturut memegang pucuik organisasi OSIS dengan sebutan Tiga Serangkai ( ocehan anak-anak SMPN 1 Semanu melihat aksi dan kinerja kami). Cerita hidup yang juga mempertemukan saya dengan sosok guru sekaligus Pembina OSIS, Bapak Norman Susanto, lelaki sederhana namun kepedulian dan pengambdiannya luar biasa. Lebih dari seorang guru yang hanya mengajar di kelas namun juga bias disebut bapaknya siswa-siswa SMPN 1 Semanu, mengayomi, berbagi dan membimbing tetang softskill dan lifeskill dengan dedikasi yang tinggi. Tidak terbayang rumah beliau berada di daerah Godean Sleman, setiap hari menempuh jarak kurang lebih 170 km (PP) menuju sekolah berangkat pukul 04.00 WIB pagi dan pulang rata-rata pukul 17.00 WIB menembus sirkuit perbukitan Gunungkidul yang butuh konsentrasi lebih jika berkendara. Jam normal guru memang pukul 12.00-13.00 WIB sudah selesai, namun beliau dengan iklas mencurahkan waktunya untuk program-program pengembangan siswa aspek non akademik. Memberikan inspirasi bagi saya akan arti sebuah pengabdian, dedikasi dan etos kerja yang tinggi terhadap pendidikan. Tidak dipungkiri beliau berkontribusi besar mengantarkan memperoleh kejuaraan dii berbagi lomba dan mewarnai pembentukan karakter pribadi saya, menganggap beliau sebagai orang tua ke-3 setelah bapak dan ibu di rumah.
            Aktivitas keseharian masa SMP jauh lebih padat dibandingkan masa SD, untiuk menuju sekolah berjarak 4 km saya tempuh dengan jalan kaki rame-rame dan sesekali naik angkot berongkos Rp 1.000 (tahun 2006-2009)  jika terpaksa harus berangkat lebih pagi ataupun ada ujian. Normalnya kegiatan belajar sampai pukul 12.30 WIB tetapi berhubung sebagai pengurus OSIS dan aktif di ekstra lukis maupun tenis meja kepulangan rata-rata pukul 16.00 WIB dengan resiko siap jalan kaki karena angkutan paling sore pukul 15.30 WIB. Kebanggaan tersendiri adalah sikap fair play dalam berkompetisi belajar siswa-siswanya. Kebijakan unik sekolah yang mengutamakan bahwa pengurus inti OSIS dari ketua, bendahara dan sekretaris maupu ketua seksi di isi oleh para juara kelas dari masing-masing kelas. Bukan mermaksud diskriminasi namun sebagai upaya bahwa siswa harus memiliki hardskill, softskill dan lifeskill yang seimbang. Secara strategi bahwa OSIS harus mampu mengerakkan teman-temannya dan sebagai teladan dalam aspek akademik maupun non akademik. Menjabat 2 tahun berturut-turut sebagai ketua I OSIS, system ini telah memberikan banyak ilmu maupun ketrampilan bagi saya. Momentum terkenang disaat bulan mendekati UN , ketika anak-anak dari gologan ekonomi mampu mulai sibuk memilih bimbingan belajar luar sekolah, bertolak nasib bagi siswa-siswa yang mayoritas dari kalangan ekonomi bawah yang akhirnya mengerakkan ide kami untuk membuat program ‘Tutor Sebaya & Belajar Akbar’. Program dimana para juara kelas A-E yang kebetulan juga pengurus OSIS dikiumpulkan sebagai tutor sebaya bagi rekan-rekannya diluar jadwal les wajib dari sekolah yang sudah ada. Diikuti 160 siswa yang terbagi 5 ruang kelas, wujud bahwa belajar itu bisa dari siapa saja, kecerdasaan adalah milik bersama dan keterbatasan ekonomi bukan alasan berkecil hati.
            *******
Merasa tak cukup hanya sekedar torehan nilai akademik, saya pun mulai aktif mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, di tahun 2006 awal masuk aktif dalam ekstra seni lukis yang mengantarkan sebagai juara I pada Lomba MTQ bidang kaligrafi dan menjadi delegasi SMPN 1 Semanu maupun Kabupaten Gunungkidul dibeberapa event lomba lukis meskipun prestasi maksimal hanya grangfinalis dan selalu gagal masuk 3 besar terbaik. Ekstra ini saya ikuti sampai awal 2009 dan off mendekati UN. Dalam bidang olahraga selama tahun 2006-2009 mengikuti ekstra bidang tenis meja, sepak bola dan bola voly, merasakan sebagai pemain inti pun pernah juga hanya sebatas pemain cadangan yang hanya bias melihat dari tepi lapangan. Tenis meja dan voly hanya aktif masing selama 9 bulan karena terbentur jadwal dan juga prospek lomba yang belum optimal dari kedua bidang ini kala itu. Tahun 2007 dari ekstrakurikuler bidang sastra saya mecoba majalah dinding(mading) dan pidato yang Alhamdulillah bisa menorehkan prestasi juara I Pidato Bahasa Indonesia dan 5 besar lomba mading SMP se-Gunungkidul. Dan mungkin pengabdian terakhir sekaligus puncak kenangan bagi kampus biru ini adalah dibidang pramuka dengan memberikan 3 piala maupun piagam dalam waktu 3 bulan berturut untuk bidang Cerdas Cermat Pramuka se-Gunungkidul dan Kemah Penggalang Kwartir Semanu dengan juara 1 dan 2.
            *********
…… Roda pun terus berputar tak terasa UN SMP tinggal menunggu detik-detik pengumuman. Duduk dengan rapid an kursi berjejer orang tua/wali siswa dikumpulkan di Ruang Kesenian, ruang sederhana namun berjejer karya siswa yang pada masanya kami gunakan untuk rapat OSIS ataupun melepas keringat sebentar setelah berkativitas, ruang yang penuh kenangan ide, canda dan tawa atau bahkan ada goresan air liur karena jika ada event sekolah untuk menginap para siswa yang menjadi panitia. Tepat disebelah selatan berdiri kokoh mushola yang hijau dan teduh dengan taman, taman yang selalu kami bawakan pupuk dari kotoran kambing, sapi maupun ayam setiap 3 bulan sekali. Masih di area mushola, di bawah bak tampungan air wudhu, saya dan 10 anak lainnya yang kebetulan juga pengurus inti OSIS yaitu Erna Purwaningsih ( Teknologi Pertanian UGM 2012), Imas Arista ( Fak.Teknik UGM 2012), Destiana Hermawati (Fak.Pendidikan UNY 2012), Intan Sari (Fak.Pendidikan Sanata Dharma 2012), Januar Adam ( MIPA UAD 2012), Ahmad Hasyim(Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung 2012), Ali Usman (PT.Yamaha Cikarang), Ilham Ruswanto(Distributor Pocari Sweet Cikarang) , Heru Ruswanto, Fredi Setiyawan (PT Astra). Terasa hening  dengan detak jantung yang terasa berbeda dengan biasanya. Ya, kami memang punya nazar/janji jika lulus sesuai target masing-masing akan membersihkan dan kerja bakti masal mushola sekolah untuk yang terakhir kalinya. Mushola yang penuh cerita tersendiri disaat dhuha dan ashar ketika kita singgah dalam aktivitas bersama. Masih terdengar suara-suara sambutan panitia dan pesan sekolah, kami masih sabar dan semakin berdebar menunggu hasil. Sesekali untuk mencairkan suasana saling berbicara soal cita-cita masa depan, soal pilihan SMA/SMK, kuliah atau yang bercita-cita kerja untuk membahagiakan orang tua tepat di bawah menara air mushola ala-ala novelnya Negeri 5 Menara cuma beda jumlah orang dan bukan di area pesantren. ..Ssttt perbincangan terhenti ketika Bapak Bambang terlihat dari jendela mushola mulai naik panggung, ya kami tidak boleh masuk Ruangan Kesenian hanya melihat dari jauh yaitu mushola. Suasana dratis suhu kadang serasa -10 C, beku, tenang, sunyi senyap menyatu. Pembacaan 10 besar dimulai, ..dan Maha Besar Allah SWT dari 10 anak yang menunggu sejak awal tadi 5 orang masuk 10 besar, masih tersisa saya dan Erna Purwaningsih untuk harapan berada diposisi juara 1-3, di luar dugaan Erna yang diprediksi juara 1 ternyata berada di peringkat 3 dengan nilai 36, 25. Akhirnya tersebut nama Joko Susilo peringkat 2 dengan nilai 36,50 dan diluar dugaan nama Meida Mangesti (Fak.Teknik UNY 2012) mengukir namanya dengan nilai tertinggi 37,00. Rasa haru dan bahagia menyelimuti wajah kami, perjuangan panjang selama 3 tahun akhirnya usai, dan MoU perjanjian diantara kami pun telah menuai hasil, janji untuk bersaing peringkat UN secara fair play dan jujur dengan dilandasi semangat persabatan. Dan inilah kami memaknai keadilan Tuhan yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar, Sahabat10 yang 3 tahun menjadi rival akademik sekaligus partner terbaik adalah organisasi penuh kebersamaan OSIS SpiOne. Merefleksi diri sosok siswa yang mencoba berkarya dalam pendidikannya tetapi juga mengabdi untuk kemajuan sekolahnya.
Sebagai penutup kisah penuh makna dan perjuangan serta menepati nazar kami pun rame-rame ‘membedah’ mushola sekolah. Ada yang menguras bak mandi, ‘memandikan’ diding-dinding mushola yang kusam, mencuci tikar maupun mukena. Tepat pukul 15.30 langkah kami pun menjauh meninggalkan mushola SMPN 1 Semanu dengan tiang didepannya berkibar merah putih sore itu dengan berkarisma dan satu baris banner bertuliskan ‘Welcome to SMPN 1 Semanu” kalimat yang menyambut 3 tahun silam (2006) yang telah berubah makna “See You” (2009) dalam hati masing-masing.
**********
Kehidupan di rumah tidak kalah sibuk, beranjak masa SMP job rumah mulai diberikan. Sebagai anak seorang petani menjadi konsumsi setiap hari ke sawah, semakin padat ketika musim bercocok tanam datang. sawah tadah hujan keluarga memang Cuma 2 petak namun sudah puluhan tahun menjadi sumber penghasilan, dimana masa sewa diperpanjang setiap 2 tahun sekali. Biasanya saya membawa hasil panen dengan sepeda, jika terlalu banyak alternatif menyewa mobil pick up warga. selain itu juga bertanggung jawab menjaga warug  kecil di rumah usai pulang sekolah. adapun legiatan berorganisasi di masyarakat yaotu karang taruna dan grup rebana. Tahun 2010 sebagai anggota Karang Taruna Dusun Keblak dan masa jabatan 2012/2015 sebagai koordinator II bidang kerjasama dan kemasyarakatan. Dua saudara perempuan saya bernama Endarwati dan Nanik sudah berkeluarga sehingga tugas kebersihan rumah dan kegiatan lainnya menjadi tanggun jawab saya.
***********
Perang Batin di Antara 2 Pilihan
            Tahun 2009, secara resmi saya meninggalkan SMP N 1 Semanu. Masa transisi menuju SMA menjadi perang batin tersendiri bagi saya. Dalam benak bimbang antara memilih melanjutkan ke SMA atau SMK. Dari awal telah menjadi cita-cita untuk masuk SMA dan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi UGM atau ITB, 2 universitas yang tertulis dibuku target saya kelas VII SMP silam. Di lain sisi saya pun sebagai anak terakhir mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap keluarga, alternatif masuk SMK dan lekas bekerja mengisi main fram otak. Meskipun akhornya SMKN 2 Wonosari menjadi pilihan terakhir dan menghapus planning awal untuk melanjutkan ke SMA N 1 Wonosari.  6 bulan pertama serasa tidak betah di SMK, jiwa analisis dan pikiran selalu membayangi tetang dunia SMAN 1 Wonosari yang menjadi impian awal, bertemu kembali rekan-rekan seperjuangan masa SMP. Hingga kegalaun itu mulai saya minimalisir sejak terpilih menjadi ketua II OSIS 2009/2010, jabatan yang tidak ringan bagi saya siswa kelas I yang masih galau karena jabatan ini biasanya di isi siswa kelas II. Ya.. berorganisasi dan partisipasi dalam berbagai event menjadi obat alternatif untuk menghapus bayang-bayang SMA. Mulai mengubah pola pikir dan memadukan tekad untuk memegang ketrampilan anak SMK namun analisis harus sekelas anak SMA. Di mana bumi dipijak disitu langit dijujung, sudah terlajur masuk SMK dan mau tidak mau saya harus berjuang didalamnya, meskipun diam-diam saya masih membaca buku-buku anak SMA. Beradaptasi, alhamdulillah , masih bisa meneruskan peringkat kelas, menjuarai berbagai lomba tingkat sekolah, kabupaten sampai nasional. Delegasi termuda juara I kabupaten, II Provinsi dan IV nasional bidang lomba Kewirausahaan, Kepemimpinan dan Bela Negara 2009, 2010 dan 2011. Juara I lomba Pidato Bahasa Indonesia 2011, delegasi Gunungkidul beasiswa/bantuan penelitian ilmiah Sagasitas Dikpora DIY dengan produk “ Beras Sintetis, Bahan Pangan Alternatif Berbasis Kearifan Lokal (Ketela-Jagung) 2011. Dari organisasi juara II Lomba Saka Bhayangkara DIY  2010 delegasi Polres Gunungkidul dan puncaknya sebagai delegasi DIY dalam Parlemen Remaja Siswa SLTA se-Indonesia DPR RI 2011. Sebagai penutup mengibarkan bendera merah putih di negeri gajah putih Thailand sebagai delegasi DIY pertukaran pelajar SMK Indonesia-Thailand bersama 50 siswa terpilih lainnya dari DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.
            Menjalin relasi dan meningkatkan life skill saya bergabung dengan Vertical Rescue ( SAR Darat Gunungkidul), Saka Bhayangkara Polres Gunungkidul ( ketua umum 2010-2012), Saka Wirakartika Kodim TNI AD Gunungkidul (2009-2010), Bengkel Sastra Gunungkidul-Balai Bahasa Yogyakarta ( 2010-sekarang) dan Hoshizora (Komunitas Bahasa Jepang SMAN 1 Wonosari).
Orang “Bejo” Itu Lebih Beruntung
            Bukan orang ‘bejo’, kalimat yang bergema bulan Juni 2012. Bulan Januari-Februari, 2 bulan yang penuh bimbingan belajar dan dibuka pula berbagai beasiswa dalam maupun luar negeri. Ruang BK dan adminitrasi lebih ramai dibandingkan hari-hari biasa. Masih hangat-hangatnya juga info soal SNMPTN jalu undangan(2012), bersama 2 anak lainya Neny Dewi (Tek.Sipil D3 UGM 2013) dan Basuki (S1 Pend.Sejarah UNY 2012) kami mendapat amanah sebagai koordinator siswa sekaligus mengentri nilai siswa program bidikmisi dan SNMPTN undangan. Dan saatnya pun tiba dimana penguman datang ternyata dilist pengumuman tidak tersebut namaku, memang  terlalu tinggi pilihan saya, S1 Ilmu Komputer UGM dan HI UGM.. terlanjur cinta UGM jalur ujian tulis pun saya coba kembali namun sekali lagi HI UGM tidak tertembus. Pukulan berat bagi saya dalam sejarah prestasi pendidikan. Beasiswa luar pun saya coba tercatat ada beasiswa Mongubangakuso Jepang, Ancora Malaysia, BII Mybank Malaysia-Singapura dan semuanya selalu gagal di tahap II. Karena masih mempertahankan idealisme diri untuk masuk UGM maka keputusan untuk mencoba lagi di tahun 2013 menjadi pilihan, tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan saya pun mencari event yang bisa saya ikut. Dari Dinas Pariwisata DIY tersebar info Pemilihan Dimas Diajeng Jogja ( Duta Daerah-Kepariwisataan dan Kebudayaan DIY), seleksi kabupaten berhasil saya capai dengan mendapat juara II dan mewakili seleksi DIY. Hari pertama sempat down karena rival yang saya hadapi mayoritas mahasiswa UGM, UNY, Sanata Dharma dan UMY bahkan beberapa adalah manager di perusahaan serta guru kesenian sedangkan saya hanya lulusan SMK yang paling muda diantara mereka dengan umur 19 tahun. Ternyata Tuhan itu adil, kegagalan menembus SNMPTN dibayar dengan menjadi Grandfinalis Dimas Diajeng Jogja, hasil yang tidak saya duga sebelumnya. Dari sinilah saya mendapat amanah menjadi Duta Pariwisata dan Kebudayaan DIY 2012-2014. Mengikuti selanjutnya mendapat tawaran untuk ikut pengembangan Wirawisata Goa Pindul dan tour travel Joyo Travelindo, setahun masa isolasi menunggu SBMPTN 2013 pun saya isi dengan aktivitas padat Dimas Diajeng, Wirawisata Goa Pindul dan Joyo Travelindo. Mendapatkan pengalaman hidup ketika berjuang bersama masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Bejiharjo, Goa Pindul , memeras keringat bersama, susah senang canda tawa dan sekarang bisa tersenyum bersama 250 masyarakat yang mengantungkan hidupnya dari wisata ini serta berhasil menbuat program MoU dengan Bank BCA dalam CSR pengembangan, pembinaan dan permodalan Wirawisata Goa Pindul. Membagi waktu dengan kerja dan sore hari mengikuti bimbingan belajar dengan membayarnya dari gaji UMR yang saya terima.

Life is Never Flat, Man Jadda Wa jada
2013, setahun berjuang belajar mandiri dan mengisolasi diri, akhirnya membuahkan hasil dan impian saya yang tercatat 2006 silam sudah tercapai, kuliah di kampus terbaik Indonesia yaitu Universitas Gadjah Mada prodi Manajemen Kebijakan Publik Fisipol.
Bukan sebuah akhir dari catatan, selama nafas masih berhempus, jatung masih berdetak. Selama pena ini masih mengalirkan tintan kehidupan rangkaian kata selanjutnya akan menyambung menyusun narasi kehidupan penuh ragam hingga akhir masanya tiba kembali ke jalan-Nya. Man jadda wa jada/

Di ladang, tegak alang mulai lesu membungkuk sendu, daya tak punyiap suduta berdiri diterjang tiup angin selatan. Penggap terasa, sesak dada, pucat mata dan debu berlarian mengejek hadirku